Friday, 6 February 2015

VO2 Maks



A.  O2 maks
O2 maks adalah volume oksigen maksimal yang dapat diambil tubuh saat melakukan kegiatan. Menurut Katch (2011:192) O2 maks adalah pencapaian pengambilan oksigen tertinggi meskipun intensitas latihan meningkat. Oksigen diambil dari udara bebas melalui sistem pernapasan, kemudian diikat oleh darah dan dipompa oleh jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. O2 maks merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas (Uliyandari, 2009:6). VO2 maks menggambarkan jumlah terbesar oksigen dari individu yang dapat digunakan untuk memproduksi ATP secara aerobik dalam per menit (Katch, 2011:221). Oksigen yang diedarkan akan digunakan sebagai bahan pembentukan energi. Hal ini menunjukkan bahwa O2 maks dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat daya tahan seseorang. Penentuan atau prediksi O2 maks dapat dilakukan dengan banyak tes, salah satunya adalah tes lari multistage (multistage fitness test).
Tes lari multistage adalah tes lari dengan cara mengikuti irama audio multistage yang terdiri dari beberapa level dan balikan. Level awal tes mempunyai durasi audio antar balikan yang cukup lama. Semakin tinggi level maka semakin kecil durasi irama audio dan semakin banyak pula balikan yang harus diselesaikan. Penilaian dilakukan ketika pelari mampu melewati level dan balikan. Pelari dianggap gagal dan berhenti dalam tes ketika tidak mampu menyesuaikan irama audio selama dua kali berturut-turut.
1.    Faktor yang Mempengaruhi O2 maks
O2 maks berperan penting dalam olahraga yang mempunyai durasi lama, seperti sepakbola. Untuk dapat melakukan olahraga dalam durasi lama, maka kebutuhan energi harus terpenuhi. Energi ini disediakan dan dipenuhi dalam bentuk ATP (adenosin triphospate). Energi yang dihasilkan tersebut merupakan hasil pembakaran dengan oksigen, dengan begitu energi yang dihasilkan akan bertahan lama. Beberapa faktor yang mempengaruhi O2 maks a) model latihan, b) hereditas, c) jenis kelamin, d) komposisi tubuh, dan e) umur (Katch, 2011:226). Berikut ini penjelasan dari masing-masing faktor.
a.    Model Latihan
Model latihan berpengaruh pada O2 maks seseorang. Variasi tingkat O2 maks dalam perbedaan model latihan merefleksikan kuantitas massa otot aktif (Katch, 2011:226). Latihan yang rutin diberikan akan membentuk massa otot. Tekanan atau stressor yang diberikan pada otot tertentu akan direspon tubuh hanya pada otot itu pula. Stressor yang diberikan berulang-ulang akan menjadi adaptasi bagi tubuh. Adaptasi ini yang penting dijaga oleh tubuh agar tidak terjadi penurunan.
Latihan sangat penting untuk peningkatan O2 maks. Latihan yang diberikan untuk meningkatkan O2 maks akan berdampak pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Sistem tersebut akan mengalami adaptasi, sehingga kinerjanya dapat meningkat. Adaptasi yang terjadi adalah pada paru-paru yaitu pada volume tidal, rata-rata inspirasi dan ekspirasi, dan ventilasi paru-paru untuk pertukaran oksigen, juga akan terjadi penambahan ukuran jantung dan kenaikan volume plasma pada cardiac output sehingga oksigen sekali denyut bertambah. (Sakthivelavan, 2009:128).
b.   Hereditas
Semua faktor fisiologis yang mempengaruhi O2 maks dapat dipengaruhi oleh faktor genetika atau hereditas. Hereditas merupakan faktor yang berperan penting pada O2 maks. Katch (2011:228) mengatakan untuk faktor keturunan saja menyumbang hingga 93% dari perbedaan yang diamati dalam O2 maks. Banyak faktor hereditas yang mempengaruhi O2 maks seseorang, salah satunya perbedaan proporsi jenis serabut otot (Rakhman, 2012:12). Serabut otot pada manusia dibagi atas dua tipe, yaitu tipe lambat dan tipe cepat. Serabut otot lambat (otot merah) mempunyai massa mitokondria dan tingkat enzim lebih tinggi dari pada serabut otot cepat (otot putih). Hal ini membuat tubuh mampu melakukan olahraga dengan durasi yang lama. Serabut otot merah membakar energi dengan bantuan oksigen sehingga dapat diproduksi tanpa ada batas waktu, namun energi yang dihasilkan tidak terlalu besar dibanding serabut otot putih. Serabut otot putih dapat membakar energi yang sangat besar, namun durasi untuk mengeluarkan energi tersebut tidak lama.
c.    Jenis Kelamin
Katch (2011:228) mengatakan O2 maks untuk perempuan 15% sampai 30% di bawah nilai laki-laki, sedangkan pada atlet kesenjangan berkisar antara 10% sampai 20%. Hal ini karena memang fisiologis tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan tingkat O2 maks tersebut berbeda kare komposisi tubuh dan konsentrasi hemoglobin yang berbeda dari laki-laki dan perempuan (Katch, 2011:228). Komposisi tubuh perempuan lebih banyak lemak dari pada otot dibanding dengan  laki-laki. Hal tersebut menyebabkan perempuan mempunyai O2 maks yang lebih kecil, karena energi diproduksi di dalam mitokondria sel. Konsentrasi hemoglobin laki-laki juga lebih tinggi dari pada perempuan. Konsentrasi hemoglobin berkaitan erat dengan pengikatan oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk proses pembakaran energi, sehingga laki-laki dapat secara optimal memproduksi energi.
d.   Komposisi Tubuh
Katch (2011:228) menyatakan perbedaan massa tubuh menjelaskan sekitar 70% dari perbedaan O2 maks antar seseorang. Komposisi tubuh atau ukuran tubuh setiap orang berbeda-beda, begitu pula dengan massanya. Seseorang yang mempunyai lemak bebas berlebih mempunyai O2 maks yang rendah. Seseorang mampu memproduksi energi lebih baik jika tempat untuk memproduksi (mitokondria di dalam sel) lebih besar dan banyak. Bukan pada massa lemak yang tinggi. Seseorang yang memiliki massa lemak berlebih mempunyai O2 maks yang rendah (Katch, 2011:228).
e.    Umur
Faktor umur dapat mempengaruhi tingkat O2 maks. Hal ini mengarah pada penuaan yang terjadi ketika umur masuk pada usia tua. Fungsi fisiologis tubuh mengalami penurunan fungsi yang cukup drastis, sehingga tubuh tidak dapat berfungsi optimal seperti sebelum terjadi penurunan. Penurunan fungsi tersebut menyebabkan kinerja organ dan sistem organ tubuh banyak yang tidak maksimal.
2.    Pentingnya O2 maks pada Sepakbola
O2 maks penting untuk diketahui pemain sepakbola. Sebab O2 maks merupakan indikator tingkat daya tahan seorang pemain selama bertanding. Terdapat korelasi yang signifikan antara O2 maks dengan jarak yang ditempuh oleh pemain sepakbola selama bertanding (Kavcic, 2012:19). Sepakbola mempunyai standar O2 maks yang harus dicapai oleh setiap pemain. Setiap posisi dalam sepakbola juga memiliki standar O2 maks yang berbeda pula. Berikut tabel capaian O2 maks dunia internasional dalam tiap posisi:
Tabel 2.3 Rata-rata O2 maks Dunia Internasional (Scheunemann, 2012:153)
 

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa pemain gelandang dan bek sayap harus mempunyai O2 maks yang tinggi dibanding dengan posisi yang lain. Hal ini disebabkan seorang gelandang merupakan pemain yang mengatur jalannya permainan, dan harus memiliki mobilitas yang tinggi, sedangkan bek sayap memerlukan O2 maks yang tinggi karena selama pertandingan dibutuhkan untuk maju dan mundur dengan cepat secara beruntun demi kelancaran penyerangan dan pertahanan. Pemain sepakbola tidak boleh mangabaikan kebutuhan O2 maks tersebut. Sebab persaingan di dalam dunia sepakbola juga semakin ketat.

0 comments:

Post a Comment