A.
Hemoglobin
Hemoglobin
adalah protein yang kaya dengan zat besi (Nangsari, 1988:203). Hemoglobin
dibentuk oleh dua bagian komponen yang bersama-sama membentuk satu subunit
protein gabungan, yaitu satu pigmen yang berisi besi disebut heme terikat dan satu molekul peptida
yang disebut globin. Setiap molekul
hemoglobin berisi empat atom besi dalam bentuk fero (Fe++). Protein
ini memiliki daya gabung (afinitas) terhadap oksigen. Ikatan hemoglobin dan
oksigen disebut pula oksihemoglobin. Hemoglobin yang berikatan dengan
karbondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnyanya merah tua. Kemampuan
yang dimiliki hemoglobin tersebut sangat berpengaruh penting bagi tubuh.
Pengikatannya dengan oksigen dapat berpengaruh pada suplai energi dalam tubuh.
Karena energi dapat diproduksi secara aerobik ketika terdapat oksigen.
Sedangkan berikatannya dengan karbondioksida dapat membawa zat tersebut menuju
paru-paru untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh dan ditukar kembali dengan
oksigen.
Hemoglobin
merupakan suatu senyawa protein dengan Fe (besi) yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe
dengan rangka protoperphyrin dan
globin (teta phirin) menyebabkan warna darah merah karena ini. Berikut gambar
rumus hemoglobin.
Gambar 2.1 Struktur Molekul
Hemoglobin (Sumber: Guyton & Hall, 2006:424)
1.
Kadar
Hemoglobin
Kadar hemoglobin yang diukur berada dalam butiran-butiran darah merah.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15gr setiap 100 ml darah
dan jumlah ini biasanya disebut 100% (Pearce, 2009:168). Batas ambang kadar
hemoglobin adalah ˃13 gr/dl untuk laki-laki dewasa dan ˃12gr/dl untuk perempuan
(WHO, 2008:4). Kisaran kadar hemoglobin normal untuk anak-anak 12-14 tahun
adalah antara 12-15 gr/dl (El-Zammar, 2011:14). Sedangkan untuk laki-laki 15
tahun ke atas mempunyai rentang kadar hemoglobin 13-16 gr/dl (El-Zammar,
2011:14). Kadar hemoglobin harus tetap dalam rentangan, jika di luar rentangan
maka tubuh akan mengalami fungsi fisiologis di luar dari keadaan normal.
Berikut tabel batas bawah norma kadar hemoglobin setiap kelompok umur. Hal ini
penting untuk diketahui agar dapat mengantisipasi terjadinya anemia.
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap
Kelompok Umur (WHO, 2008:4)
Rentangan Umur
|
Ambang Batas Bawah Kadar Hemoglobin (gr/dl)
|
Anak usia 0,5-4,99 tahun
Anak usia 5-11,99 tahun
Anak usia 12-14,99 tahun
Wanita tidak hamil
Wanita hamil
Laki-laki
|
11
11,5
12
12
11
13
|
Kadar
hemoglobin harus diperhatikan oleh setiap orang. Pada tabel 2.1 merupakan tabel
ambang batas bawah dari WHO. Ambang batas bawah diperlukan untuk mengantisipasi
agar tidak terjadi anemia. Namun, batas ambang atas juga diperlukan, karena
hemoglobin yang terlalu tinggi berbahaya bagi tubuh. Di bawah ini tabel
rentangan kadar hemoglobin normal oleh El-zammar.
Tabel 2.2 Tabel Rentangan Kadar Hemoglobin Normal (El-Zammar, 2011:14)
Umur
|
Jenis Kelamin
|
Batas Bawah (gr/dl)
|
Batas Atas (gr/dl)
|
<5 tahun
5-11 tahun
12-14 tahun
>15 tahun
>15 tahun
>15 tahun
|
L/P
L/P
L/P
Perempuan (tidak hamil)
Perempuan (hamil)
Laki-laki
|
11
11,5
12
12
12
13
|
<14
<14,5
<15
<15
<14
<16
|
2.
Manfaat
Hemoglobin
Hemoglobin
mempunyai manfaat yang penting bagi tubuh. Sesuai dengan fungsinya mengikat
oksigen, hemoglobin harus ada di dalam darah. Wikipedia (2013) mendefinisikan
hemoglobin sebagai berikut.
Hemoglobin adalah metaloprotein
(protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan
lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk
dihembuskan keluar tubuh.
Fungsi hemoglobin dalam darah tidak hanya mengangkut oksigen dan karbon
dioksida. Soewolo (2005:200) mengatakan “walaupun fungsi hemoglobin yang utama
adalah membawa oksigen dan karbondioksida, hemoglobin juga memerankan bagian
penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh”.
3.
Faktor
yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin setiap orang berbeda-beda. Hal ini
terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah faktor nutrisi, latihan,
ketinggian, umur dan jenis kelamin, dan merokok. Faktor tersebut sangat penting
untuk diketahui, karena dapat berpengaruh pada fisiologis tubuh yang berkaitan
dengan hemoglobin. Berikut penjelasan dari faktor-faktor di atas.
a.
Nutrisi
Konsumsi makanan berpengaruh dalam kadar hemoglobin. Makanan
yang masuk ke dalam tubuh akan diproses dan dipecah menjadi zat-zat sesuai yang
terkandung dalam makanan tersebut. Makanan yang berpengaruh dalam kadar
hemoglobin adalah makanan yang banyak mengandung besi. Konsentrasi hemoglobin
secara signifikan lebih tinggi dilaporkan pada siswa yang sering makan daging,
sering mengonsumsi buah jeruk, dan sayuran berdaun hijau (Sirdah, 2008:231). Besi
yang terkandung dalam makanan akan dimetabolisme tubuh untuk menjadi bahan
hemoglobin. Hemoglobin dibentuk dalam sumsum tulang.
b.
Latihan
Latihan
merupakan stressor bagi tubuh. Tubuh dipaksa melakukan aktivitas lebih dari
biasanya. Aktivitas yang lebih membutuhkan pasokan oksigen yang lebih pula,
terutama aktivitas yang menggunakan sistem energi aerobik. Latihan tidak hanya
membutuhkan oksigen yang labih, namun dapat pula memproduksi radikal bebas
dalam tubuh. Selama latihan tubuh akan menghasilkan reactive oxygen species (ROS), yang merupakan radikal bebas. Bahkan
ketika tubuh tidak aktif, sejumlah kecil ROS tetap diproduksi. ROS dapat
mengganggu keadaan fisiologis tubuh. Keadaan ini membuat tubuh akan merespon
dengan mempertinggi aktivitas superoxide
dismutase (SOD) dan enzim pelindung dalam darah. Selain itu, efek ROS yang
tinggi dapat menyebabkan pemecahan hemoglobin yang tinggi. Konsumsi oksigen yang
tinggi dan adanya radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan kesesuaian
hemoglobin selama latihan (Gwozdzinski, 2013:2).
Latihan dapat menyebabkan terjadinya hipoksia pada tubuh.
Hal ini desebabkan kebutuhan oksigen saat latihan sangat tinggi. Ketika tubuh
mengalami keadaan hipoksia maka kebutuhan oksigen pada jaringan tidak dapat
terpenuhi, dan tubuh akan merespon dengan mensekresi hormon eritropoietin. Satu
kemungkinan yang menyebabkan ginjal mensekresi eritropoietin adalah karena
darah tidak mampu mengirim oksigen pada sel-sel yang membutuhkan konsumsi
oksigen tinggi, hal ini menstimulasi produksi eritropoietin (Guyton dan Hall,
2006:422). Hormon eritropoietin dapat menstimulasi pembentukan proeritroblast.
Proeritroblast merupakan bakal yang akan menjadi hemoglobin atau sel darah
merah.
c.
Ketinggian
Dataran
tinggi mempunyai kadar oksigen yang lebih sedikit dari daerah dataran rendah.
Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan
hipoksia akan mendapatkan respon dari tubuh. Tubuh akan mengompensasi keadaan hipoksia dengan
cara memproduksi hemoglobin lebih banyak. Pada umumnya kadar hemoglobin akan
naik 0,6 gr/dl pada wanita dan 0,9 gr/dl untuk laki-laki pada setiap 1000 m di
atas permukaan laut (Wyck, 2006:25). Pengurangan sedikit oksigen yang dibawa
darah mempunyai efek yang kecil saat istirahat atau aktivitas sedang, tapi
mempunyai efek yang besar pada peforma daya tahan (Katch, 2011:514).
Keadaan hipoksia pada tubuh dapat menyebabkan
eritropoiesis. Eritropoiesis adalah proses pembentukan hormon eritropoietin. Dataran
tinggi mempunyai tekanan oksigen yang rendah, hal ini menyebabkan kondisi
hipoksia pada jaringan tubuh, dan respon fisiologis untuk hipoksia adalah
eritropoiesis (Brookhart, 2008:1390). Eritropoiesis merupakan proses
pembentukan eritropoietin pada ginjal. Eritropoietin adalah hormon yang dapat
menstimulasi pembentukan proeritroblast (bakal yang akan menjadi hemoglobin
atau sel darah merah). Eritropoietin akan disekresi dari waktu menit sampai
jam, dan waktu maksimal sampai 24 jam.
d.
Umur
dan Jenis Kelamin
Umur
dan jenis kelamin adalah faktor yang cukup menentukan kadar hemoglobin darah. Kadar
hemoglobin pada pada orang dewasa lebih tinggi dibanding anak-anak. Nilai
median hemoglobin naik selama 10 tahun pada masa anak-anak, selanjutnya akan
meningkat pada masa pubertas (Gibson, 2005:446).
Kadar hemoglobin pada perempuan lebih rendah dari pada kadar hemoglobin
laki-laki. Rendahnya kadar hemoglobin pada perempuan dikarenakan mengalami
kehilangan besi lebih banyak dibanding laki-laki akibat menstruasi setiap
bulannya. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan
dari konsentrasi hemoglobinnya, namun hilangnya besi saat menstruasi rutin dari
perempuan yang membuat konsentrasi hemoglobin berkurang (Rushton, 2001:1356).
e.
Merokok
Kebiasaan merokok sekarang telah menjalar pada kalangan anak muda. Merokok
merupakan kebiasaan buruk karena dapat merusak tubuh. Kandungan yang ada dalam
rokok dapat berbahaya bagi tubuh bila masuk ke dalam. Rokok dapat menghasilkan
karbon monoksida. Jika masuk ke dalam tubuh maka akan sangat berbahaya. Karbon
monoksida akan berikatan dengan hemoglobin, karena hemoglobin mempunyai
afinitas (daya ikat) pada karbon monoksida sangat tinggi dan mengalahi oksigen.
Hal ini menyebabkan hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen dan mengantarnya ke
organ dan jaringan yang membutuhkan. Akibatnya, jaringan tubuh tidak dapat
tercukupi kebutuhan energinya dan tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik.
Namun, dalam keadaan tersebut tubuh akan mengompensasi dengan mempertinggi
konsentrasi hemoglobin untuk memenuhi kebutuhan (Goel, 2010:2).
4.
Hemoglobin
dalam Olahraga
Hemoglobin
merupakan komponen sel darah merah yang mampu mengikat oksigen. Hal tersebut
mendasari bahwa hemoglobin mempunyai peran yang cukup penting dalam olahraga,
terutama olahraga yang berdurasi lama. Olahraga yang berdurasi lama membutuhkan
energi yang cukup dan tahan dalam waktu lama untuk menggerakkan otot. Energi
yang digunakan untuk menggerakkan otot tersebut diproduksi melalui pembakaran
bahan makanan dengan oksigen yang sebelumnya dibawa oleh hemoglobin. Oleh
karena itu, hemoglobin berperan penting dalam pembentukan energi, khususnya
sistem energi aerobik.
Kadar hemoglobin dalam darah olahragawan harus normal. Jika kadar
hemoglobin di bawah batas normal, maka seorang olahragawan tidak dapat memenuhi
kebutuhan energi yang diperlukan. Sebab oksigen yang ada untuk dibentuk energi
tidak mencukupi. Namun, kadar hemoglobin yang melebihi batas atas normal, akan
lebih berbahaya bagi olahragawan. Kondisi tersebut dikarenakan saat latihan akan terjadi kejenuhan hemoglobin di dalam darah
(Powers, 1984:212), di sisi lain tekanan parsial darah dan denyut jantung juga
meningkat (Mairbaurl, 2013:2). Hal ini dapat berbahaya bagi tubuh karena
sewaktu-waktu dapat terjadi gagal jantung mendadak. Apalagi dengan kondisi
kadar hemoglobin tinggi yang memungkinkan dapat terjadi kejenuhan lebih cepat
dan lebih jenuh dari kadar hemoglobin yang rendah. Keadaan ini harus dapat diantisipasi oleh olahragawan. Oleh karena itu,
kadar hemoglobin harus tetap normal di dalam darah.
0 comments:
Post a Comment