Friday 6 February 2015

Olahraga pada Wanita Obesitas




2.1 Obesitas
            Obesitas merupakan keadaan dimana seorang memiliki berat badan yang berlebih. Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Wikipedia, 2013). Lemak yang berlebihan tersebut disimpan dalam tubuh khususnya pada jaringan adiposa. Jaringan ini mempunyai elastisitas yang tinggi sehingga dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang banyak.
            Obesitas dapat terjadi akibat dari masukan (intake) dan pengeluaran (out take) yang tidak seimbang. Dengan kata lain masukan lebih banyak dari pada pengeluaran. Masukan di sini dapat dikatakan sebagai sumber energi yang dikonsumsi atau makanan. Makanan yang dikonsumsi akan diubah menjadi sumber energi ketika tubuh memerlukan energi itu (aktivitas). Bagaimana masukan atau makanan tersebut harus diubah menjadi energi agar seimbang. Namun, yang terjadi pada kasus obesitas ini tidak ada energi yang diperlukan oleh tubuh. Sehingga yang terjadi makanan yang masuk tersebut pertama kali akan diubah menjadi glikogen (glikogenesis) dan disimpan di hati dan otot. Hal ini bagus karena dapat menjadi cadangan energi. Akan tetapi, jaringan untuk menyimpan glikogen ini terbatas. Jadi zat-zat makanan yang belum tersimpan selanjutnya akan diubah menjadi lemak (lipogenesis) dan akan disimpan di jaringan adiposa.
            Lemak sebenarnya mempunyai fungsi yang bagus bagi tubuh, misalnya sebagai sumber energi, penyekat panas, dan penyerap guncangan. Namun, di sisi lain lemak yang berlebih dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh. Akan banyak penyakit yang mudah menyerang, misalnya adalah hipertensi dan diebetes mellitus. Hipertensi ini dapat terjadi disebabkan lemak yang banyak membuat jaringan adiposa membesar dan mendesak pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi menyempit. Lemak tubuh pada umumnya disimpan dalam tubuh sebagai berikut: 50% di bawah jaringan kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intramuskuler (Almatsier, 2009:60).
Secara umum obesitas dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obesitas tipe android atau tipe sentral, dan obesitas tipe ginoid. Obesitas tipe android bercirikan badan yang gendut berbentuk seperti gentong, perut membuncit, dan lebih banyak ditemukan pada pria. Sedangkan tipe ginoid mempunyai ciri panggul dan pantat yang besar, bentuk tubuh seperti buah pir, dan lebih banyak ditemukan pada perempuan.
            Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas. Wiramihardja (2004) dalam Noviani Harisa (2005) menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah genetik, lingkungan, psikis, aktivitas fisik, penyakit/kelainan, dan obat-obatan.
            BMI (Body Mass Index) merupakan suatu metode pengukuran untuk menentukan indeks tubuh seseorang dengan skala kurus, normal, dan obesitas. BMI menghubungkan antara berat badan dengan tinggi badan. Cara mengukur BMI adalah berat badan dibagi tinggi badan (meter) yang dikuadratkan. Keterbatasan dari BMI adalah tidak dapat digunakan untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil, dan seorang yang berotot. BMI lebih dihubungkan dengan lemak tubuh dari pada indikator lainnya. Di bawah ini terdapat tabel klasifikasi berat tubuh dengan penghitungan BMI.
BMI
Klasifikasi
< 18.5
berat badan di bawah normal
18.5–24.9
normal
25.0–29.9
normal tinggi
30.0–34.9
Obesitas tingkat 1
35.0–39.9
Obesitas tingkat 2
≥ 40.0
Obesitas tingkat 3

2.2 Obesitas Pada Perempuan
            Wikipedia (2013) menjelaskan rata-rata perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada pria. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
            Pada perempuan obes sering terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan bulimia nervosa yang terjadi pada sebagian besar perempuan. Bulimia nervosa adalah sebuah kondisi seseorang yang selalu merasa lapar dan ingin makan terus menerus, atau dapat dikatakan mempunyai nafsu makan yang berlebihan. Merawati dan Kinanti (2005) menyatakan bahwa seseorang yang obesitas memiliki kecenderungan lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar ektsernal, seperti rasa dan bau makanan, orang obes cenderung makan bila ia merasa ingin makan , bukan makan pada saat lapar.
            Obesitas yang terjadi pada perempuan banyak disebabkan kebiasaan atau life style yang kurang bagus. Meskipun seorang perempuan melakukan kebiasaan makan 3 kali sehari dan porsi yang dimakan juga tidak banyak, namun sering dijumpai perempuan-perempuan tersebut ke mana-mana selalu membawa camilan atau terdapat camilan di mana dia berada. Selain itu, kebiasaan seorang perempuan untuk makan makanan di luar rumah dan cepat saji menjadi trend di saat ini. Hal ini diperkuat dengan penelitian Merawati dan Kinanti (2005) bahwa kebiasaan makan dengan tinggi kalori, lemak dan rendah serat menjadi mode pada praremaja seperti pada makanan cepat saji. Dilanjutkan bahwa 90% makan di luar rumah dilakukan bersama teman, mereka beralasan sebagai bentuk sosialisai, untuk mendapat pengakuan teman sebaya.
            Perempuan obes dengan lemak tubuh yang tinggi akan berbahaya bagi tubuh itu sendiri. Banyak komplikasi-komplikasi penyakit dapat terjadi oleh karena obesitas. Salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi. Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon esterogen dan androgen (Rakhmawati dan Dieny, 2013). Hal tersebut akan membuat hormon esterogen menjadi tinggi, karena jaringan adiposa sendiri dapat mengeluarkan esterogen. Lebih jelasnya Rakhmawati dan Dieny (2013) menyimpulkan seperti berikut.
            Gangguan siklus menstruasi tersebut disebabkan akrena adanya gangguan umpan balik dengan kadar esterogen yang selalu tinggi sehingga kadar Follicle Stimulating Hormon (FSH) tidak mencapai puncak. Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi (oligomenore) ataupun kehilangan siklus menstruasi (amenore).
           
2.3 Pengaruh Olahraga Pada Obesitas
            Pengaruh olahraga bagi penderita obesitas adalah dapat mengurangi lemak tubuh. Hal ini terjadi hanya ketika sumber energi dari glukosa dan glikogen dalam tubuh telah habis. Maka tubuh akan membakar lemak untuk dijadikan sumber energi melalui proses lipolisis atau pemecahan lemak terlebih dahulu kemudian mengalami proses glukoneogenesis atau proses pembentukan glukosa dari zat non karbohidrat. Dari glukosa yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi energi untuk berolahraga tadi.
            Seseorang yang obesitas menyimpan lemak yang banyak dalam tubuhnya. Lemak tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi yang besar, bahkan lebih besar dari karbohidrat. Almatsier (2009:60) mengatakan lemak dan minyak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gram, yaitu 2,5 kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Jadi lemak yang tersimpan di dalam tubuh akan dibongkar dan dioksidasi untuk dijadikan energi. Oleh karena dioksidasi maka lemak membutuhkan oksigen untuk pemecahannya. Hal ini yang menjadi alasan mengapa metabolisme lemak menjadi energi dikatakan memerlukan waktu yang lebih lama dari pada karbohidrat.
Gliserol dan asam lemak bebas adalah hasil dari pemecahan trigliserida melalui proses lipolisis. Kedua unsur ini dapat diubah menjadi glukosa atau piruvat. Piruvat kemudian diubah menjadi asetil KoA untuk kemudian memasuki siklus TCA (Tri Carboxylic Acid) atau siklus krebs. Fungsi siklus TCA adalah mengubah senyawa 6-karbon asam sitrat kembali menjadi senyawa 4-karbon oksaloasetat melalui beberapa reaksi. Siklus TCA menghasilkan sekitar 24 ATP untuk energi. Dari siklus TCA berlanjut ke rantai transpor elektron yang melakukan fosforilasi oksidatif. Rantai transpor elektron hanya dapat berjalan dalam suasana aerobik, karena dalam pengerjaannya membutuhkan oksigen. Hasil akhir rantai transpor elektron adalah 3 mol ATP dan 1 mol air. Dengan demikian, produk samping metabolisme pembentukan energi dari sel adalah karbondioksiad dan air. Karbon dioksida dihasilkan dari siklus TCA sedangkan air dihasilkan dari rantai transpor elektron.

2.4 Olahraga Pada Perempuan Obesitas
            Olahraga merupakan cara yang tepat, mudah, dan murah untuk mengurangi lemak tubuh pada perempuan obes. Hal ini dapat dikatakan mudah dan mempunyai hasil akhir seperti yang diinginkan karena perempuan lebih memiliki tekad untuk diet. Banyak  perempuan yang tidak puas dengan tubuhnya dan mencoba mengurangi berat badannya dengan jalan yang tidak sehat, yaitu dengan makanan ringan, tidak makan/berpuasa, dan menggunakan tembakau (Nasim dan Hassn, 2010).
            Olahraga bagi perempuan obes mempunyai aturan tersendiri. Tidak diperkenankan olahraga sembarangan bagi mereka. Karena dapat berbahaya bagi tubuh itu sendiri. Dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penyusunan program latihan atau olahraga bagi perempuan obes berbeda dengan program latihan atau olahraga seperti pada umumnya. Penyusunan ini dimaksudkan agar mengenai sasaran dari tujuan pelaku olahraga tersebut.
            Olahraga yang tepat untuk perempuan obes tidak akan berarti jika masukan (intake) makanan tetap tidak dikontrol. Latihan dan olahraga telah dilaksanakan rutin menurut program, namun di sisi lain makan tetap dengan porsi tinggi, ngemil setiap waktu, maka diet dan pengurangan lemak tubuh dengan olahraga tidak akan ada artinya. Kesehatan tubuh pun tidak atau tetap sulit dilakukan. Hal tersebut sangat berkaitan, sehingga jika tidak dijalankan bersama maka hasil tidak bisa maksimal. Jadi hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi lemak dalam tubuh perempuan obes adalah berolahraga dan mengontrol nafsu makan.
            Mikael (2006) mengatakan bahwa aktivitas fisik dengan intensitas sedang seperti berjalan akan dapat mengurangi lemak pada perut dan lemak total. Penambahan intensitas saat latihan tidak mengurangi lemak tubuh tapi dapat menjaga tubuh untuk sedikit lemak (Haboubi, 2008). Hal ini diperkuat oleh pendapat Brooks dan Mercier (1994) dalam Nourhen dkk (2012) bahwa latihan dengan intensitas tinggi menggunakan metabolisme glukosa untuk penyediaan energinya, sedangkan latihan dengan intensitas rendah menggunakan oksidasi lemak untuk penyediaan energinya.
            Haboubi (2008) menyarankan untuk mengeluarkan energi sebanyak ≥ 1000 kkal per minggu untuk mengurangi berat badan. Dilanjutkan oleh Haboubi (2008) ≥ 1000 kkal per minggu diartikan atau diperoleh dengan melakukan latihan dengan intensitas 60%-80% selama 30 menit dalam banyak hari per minggu.
            Jadi dapat disimpulkan olahraga yang tepat bagi perempuan penderita obesitas adalah seperti dalam tabel program latihan berikut.
Program Latihan
Bentuk
Frekuensi
Intensitas
Tempo
Jogging
Senin
60%-80% DNM
30 menit
Bersepeda
Rabu
60%-80% DNM
30 menit
Senam
Jum’at
60%-80% DNM
30 menit
Jalan
Minggu
60%-80% DNM
30 menit

0 comments:

Post a Comment