2.1 Obesitas
Obesitas
merupakan keadaan dimana seorang memiliki berat badan yang berlebih. Kelebihan
berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan
(Wikipedia, 2013). Lemak yang berlebihan tersebut disimpan dalam tubuh khususnya
pada jaringan adiposa. Jaringan ini mempunyai elastisitas yang tinggi sehingga
dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang banyak.
Obesitas
dapat terjadi akibat dari masukan (intake) dan pengeluaran (out take) yang
tidak seimbang. Dengan kata lain masukan lebih banyak dari pada pengeluaran. Masukan
di sini dapat dikatakan sebagai sumber energi yang dikonsumsi atau makanan.
Makanan yang dikonsumsi akan diubah menjadi sumber energi ketika tubuh
memerlukan energi itu (aktivitas). Bagaimana masukan atau makanan tersebut
harus diubah menjadi energi agar seimbang. Namun, yang terjadi pada kasus
obesitas ini tidak ada energi yang diperlukan oleh tubuh. Sehingga yang terjadi
makanan yang masuk tersebut pertama kali akan diubah menjadi glikogen
(glikogenesis) dan disimpan di hati dan otot. Hal ini bagus karena dapat
menjadi cadangan energi. Akan tetapi, jaringan untuk menyimpan glikogen ini
terbatas. Jadi zat-zat makanan yang belum tersimpan selanjutnya akan diubah
menjadi lemak (lipogenesis) dan akan disimpan di jaringan adiposa.
Lemak
sebenarnya mempunyai fungsi yang bagus bagi tubuh, misalnya sebagai sumber
energi, penyekat panas, dan penyerap guncangan. Namun, di sisi lain lemak yang
berlebih dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh. Akan banyak penyakit yang mudah
menyerang, misalnya adalah hipertensi dan diebetes mellitus. Hipertensi ini
dapat terjadi disebabkan lemak yang banyak membuat jaringan adiposa membesar
dan mendesak pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi menyempit. Lemak
tubuh pada umumnya disimpan dalam tubuh sebagai berikut: 50% di bawah jaringan
kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di
jaringan intramuskuler (Almatsier, 2009:60).
Secara umum
obesitas dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obesitas tipe android atau
tipe sentral, dan obesitas tipe ginoid. Obesitas tipe android bercirikan badan
yang gendut berbentuk seperti gentong, perut membuncit, dan lebih banyak
ditemukan pada pria. Sedangkan tipe ginoid mempunyai ciri panggul dan pantat
yang besar, bentuk tubuh seperti buah pir, dan lebih banyak ditemukan pada perempuan.
Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas. Wiramihardja (2004) dalam Noviani
Harisa (2005) menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah genetik, lingkungan,
psikis, aktivitas fisik, penyakit/kelainan, dan obat-obatan.
BMI
(Body Mass Index) merupakan suatu metode pengukuran untuk menentukan indeks
tubuh seseorang dengan skala kurus, normal, dan obesitas. BMI menghubungkan
antara berat badan dengan tinggi badan. Cara mengukur BMI adalah berat badan
dibagi tinggi badan (meter) yang dikuadratkan. Keterbatasan dari BMI adalah
tidak dapat digunakan untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil, dan
seorang yang berotot. BMI lebih dihubungkan dengan lemak tubuh dari pada
indikator lainnya. Di bawah ini terdapat tabel klasifikasi berat tubuh dengan
penghitungan BMI.
BMI
|
Klasifikasi
|
< 18.5
|
berat badan di bawah normal
|
18.5–24.9
|
normal
|
25.0–29.9
|
normal tinggi
|
30.0–34.9
|
Obesitas tingkat 1
|
35.0–39.9
|
Obesitas tingkat 2
|
≥ 40.0
|
Obesitas tingkat 3
|
2.2 Obesitas Pada Perempuan
Wikipedia (2013) menjelaskan rata-rata perempuan memiliki lemak tubuh
yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak
tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada
pria. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh
lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Pada
perempuan obes sering terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan bulimia nervosa
yang terjadi pada sebagian besar perempuan. Bulimia nervosa adalah sebuah
kondisi seseorang yang selalu merasa lapar dan ingin makan terus menerus, atau
dapat dikatakan mempunyai nafsu makan yang berlebihan. Merawati dan Kinanti (2005)
menyatakan bahwa seseorang yang obesitas memiliki kecenderungan lebih responsif
dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar
ektsernal, seperti rasa dan bau makanan, orang obes cenderung makan bila ia
merasa ingin makan , bukan makan pada saat lapar.
Obesitas yang terjadi pada perempuan banyak disebabkan
kebiasaan atau life style yang kurang bagus. Meskipun seorang perempuan
melakukan kebiasaan makan 3 kali sehari dan porsi yang dimakan juga tidak
banyak, namun sering dijumpai perempuan-perempuan tersebut ke mana-mana selalu
membawa camilan atau terdapat camilan di mana dia berada. Selain itu, kebiasaan
seorang perempuan untuk makan makanan di luar rumah dan cepat saji menjadi
trend di saat ini. Hal ini diperkuat dengan penelitian Merawati dan Kinanti
(2005) bahwa kebiasaan makan dengan tinggi kalori, lemak dan rendah serat
menjadi mode pada praremaja seperti pada makanan cepat saji. Dilanjutkan bahwa 90%
makan di luar rumah dilakukan bersama teman, mereka beralasan sebagai bentuk
sosialisai, untuk mendapat pengakuan teman sebaya.
Perempuan obes dengan lemak tubuh
yang tinggi akan berbahaya bagi tubuh itu sendiri. Banyak komplikasi-komplikasi
penyakit dapat terjadi oleh karena obesitas. Salah satunya adalah gangguan
siklus menstruasi. Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi
melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon esterogen
dan androgen (Rakhmawati dan Dieny, 2013). Hal tersebut akan membuat hormon
esterogen menjadi tinggi, karena jaringan adiposa sendiri dapat mengeluarkan
esterogen. Lebih jelasnya Rakhmawati dan Dieny (2013) menyimpulkan seperti
berikut.
Gangguan siklus menstruasi
tersebut disebabkan akrena adanya gangguan umpan balik dengan kadar esterogen
yang selalu tinggi sehingga kadar Follicle Stimulating Hormon (FSH) tidak
mencapai puncak. Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak
terjadi ovulasi. Keadaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi
(oligomenore) ataupun kehilangan siklus menstruasi (amenore).
2.3 Pengaruh Olahraga
Pada Obesitas
Pengaruh
olahraga bagi penderita obesitas adalah dapat mengurangi lemak tubuh. Hal ini
terjadi hanya ketika sumber energi dari glukosa dan glikogen dalam tubuh telah
habis. Maka tubuh akan membakar lemak untuk dijadikan sumber energi melalui
proses lipolisis atau pemecahan lemak terlebih dahulu kemudian mengalami proses
glukoneogenesis atau proses pembentukan glukosa dari zat non karbohidrat. Dari
glukosa yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi energi untuk berolahraga
tadi.
Seseorang
yang obesitas menyimpan lemak yang banyak dalam tubuhnya. Lemak tersebut dapat
digunakan sebagai sumber energi yang besar, bahkan lebih besar dari
karbohidrat. Almatsier (2009:60) mengatakan lemak dan minyak merupakan sumber
energi paling padat, yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gram, yaitu 2,5 kali
besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang
sama. Jadi lemak yang tersimpan di dalam tubuh akan dibongkar dan dioksidasi
untuk dijadikan energi. Oleh karena dioksidasi maka lemak membutuhkan oksigen
untuk pemecahannya. Hal ini yang menjadi alasan mengapa metabolisme lemak
menjadi energi dikatakan memerlukan waktu yang lebih lama dari pada karbohidrat.
Gliserol dan
asam lemak bebas adalah hasil dari pemecahan trigliserida melalui proses
lipolisis. Kedua unsur ini dapat diubah menjadi glukosa atau piruvat. Piruvat
kemudian diubah menjadi asetil KoA untuk kemudian memasuki siklus TCA (Tri
Carboxylic Acid) atau siklus krebs. Fungsi siklus TCA adalah mengubah senyawa
6-karbon asam sitrat kembali menjadi senyawa 4-karbon oksaloasetat melalui
beberapa reaksi. Siklus TCA menghasilkan sekitar 24 ATP untuk energi. Dari
siklus TCA berlanjut ke rantai transpor elektron yang melakukan fosforilasi
oksidatif. Rantai transpor elektron hanya dapat berjalan dalam suasana aerobik,
karena dalam pengerjaannya membutuhkan oksigen. Hasil akhir rantai transpor
elektron adalah 3 mol ATP dan 1 mol air. Dengan demikian, produk samping
metabolisme pembentukan energi dari sel adalah karbondioksiad dan air. Karbon
dioksida dihasilkan dari siklus TCA sedangkan air dihasilkan dari rantai
transpor elektron.
2.4 Olahraga Pada Perempuan
Obesitas
Olahraga
merupakan cara yang tepat, mudah, dan murah untuk mengurangi lemak tubuh pada perempuan
obes. Hal ini dapat dikatakan mudah dan mempunyai hasil akhir seperti yang
diinginkan karena perempuan lebih memiliki tekad untuk diet. Banyak perempuan yang tidak puas dengan tubuhnya dan
mencoba mengurangi berat badannya dengan jalan yang tidak sehat, yaitu dengan
makanan ringan, tidak makan/berpuasa, dan menggunakan tembakau (Nasim dan
Hassn, 2010).
Olahraga
bagi perempuan obes mempunyai aturan tersendiri. Tidak diperkenankan olahraga
sembarangan bagi mereka. Karena dapat berbahaya bagi tubuh itu sendiri. Dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penyusunan program latihan
atau olahraga bagi perempuan obes berbeda dengan program latihan atau olahraga
seperti pada umumnya. Penyusunan ini dimaksudkan agar mengenai sasaran dari
tujuan pelaku olahraga tersebut.
Olahraga
yang tepat untuk perempuan obes tidak akan berarti jika masukan (intake)
makanan tetap tidak dikontrol. Latihan dan olahraga telah dilaksanakan rutin
menurut program, namun di sisi lain makan tetap dengan porsi tinggi, ngemil
setiap waktu, maka diet dan pengurangan lemak tubuh dengan olahraga tidak akan
ada artinya. Kesehatan tubuh pun tidak atau tetap sulit dilakukan. Hal tersebut
sangat berkaitan, sehingga jika tidak dijalankan bersama maka hasil tidak bisa maksimal.
Jadi hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi lemak
dalam tubuh perempuan obes adalah berolahraga dan mengontrol nafsu makan.
Mikael
(2006) mengatakan bahwa aktivitas fisik dengan intensitas sedang seperti
berjalan akan dapat mengurangi lemak pada perut dan lemak total. Penambahan
intensitas saat latihan tidak mengurangi lemak tubuh tapi dapat menjaga tubuh
untuk sedikit lemak (Haboubi, 2008). Hal ini diperkuat oleh pendapat Brooks dan
Mercier (1994) dalam Nourhen dkk (2012) bahwa latihan dengan intensitas tinggi
menggunakan metabolisme glukosa untuk penyediaan energinya, sedangkan latihan
dengan intensitas rendah menggunakan oksidasi lemak untuk penyediaan energinya.
Haboubi
(2008) menyarankan untuk mengeluarkan energi sebanyak ≥ 1000 kkal per minggu
untuk mengurangi berat badan. Dilanjutkan oleh Haboubi (2008) ≥ 1000 kkal per
minggu diartikan atau diperoleh dengan melakukan latihan dengan intensitas
60%-80% selama 30 menit dalam banyak hari per minggu.
Jadi
dapat disimpulkan olahraga yang tepat bagi perempuan penderita obesitas adalah
seperti dalam tabel program latihan berikut.
Program Latihan
Bentuk
|
Frekuensi
|
Intensitas
|
Tempo
|
Jogging
|
Senin
|
60%-80% DNM
|
30 menit
|
Bersepeda
|
Rabu
|
60%-80% DNM
|
30 menit
|
Senam
|
Jum’at
|
60%-80% DNM
|
30 menit
|
Jalan
|
Minggu
|
60%-80% DNM
|
30 menit
|
0 comments:
Post a Comment