Friday, 6 February 2015

Inflamasi (radang)




2.1 Peta Konsep




2.2 Pengertian Inflamasi
Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi (wikipedia: 2013). Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan hidup terhadap jejas dengan cara memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh berupa reaksi vaskuler, neurologik, humoral, dan selular.
Macam-macam inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut adalah reaksi tubuh terhadap jejas dengan mengaktifkan sistem pertahanan tubuh dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan inflamasi kronis merupakan radang yang berlangsung lama.
Tanda-tanda radang ada 5, yaitu:
a.       Rubor
Rubor adalah kemerahan, merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami inflamasi. Saat reaksi inflamasi timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah yang mengalami inflamasi. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke sirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
b.      Kalor
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat, sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami inflamasi lebih banyakdari pada ke daerah normal.
c.       Tumor
Pembengkakan atau tumor sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah inflamasi disebut eksudat meradang.
d.      Dolor
Dolor atau rasa nyeri merupakan akibat dari perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
e.       Fungsiolaesa
Berdasarkan asal katanya, fungsiolaesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Fungsiolaesa merupakan reaksi inflamasi yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
Inflamasi merupakan pertanda baik bagi tubuh, karena sebagai peringatan awal akan terjadinya cedera sebelum semakin parah. Respon inflamasi yang terjadi karena cedera tersebut akan melokalisir cedera. Hal ini dilakukan agar cedera tidak semakin meluas. Kemudian tubuh akan mengatasi cedera tersebut di daerah yang dilokalisir tersebut. Sel-sel yang mati atau bahkan bakteri yang mungkin terdapat dalam cedera akan diatasi pada fase ini, sehingga patogen yang ada akan dihilangkan. Setelah itu, tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak atau meregenerasi jaringan.

2.3 Mekanisme Inflamasi
Olahraga merupakan pengelolaan tubuh secara sistematis dalam bentuk fisik untuk memperoleh tujuan tertentu. Bukan hanya untuk meningkatkan prestasi, tetapi juga untuk meningkatkan derajat kebugaran jasmani individu agar dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan tanpa merasakan kelelahan yang berarti.
Terlepas dari pada itu, olahraga sendiri tidak bisa lepas dari resiko terjadinya cedera. Cedera yang terjadi akan menimbulkan dampak-dampak yang berpengaruh dari aktivitas tubuh itu sendiri. Respon tubuh tersebut berupa terjadinya inflamasi akibat cedera yang ada. Cedera akan direspon oleh tubuh melalui sel reseptor, dan mengirimnya ke otak tepatnya hipotalamus dalam bentuk impuls. Hipotalamus akan merespon dengan HPA axis, karena terjadi stres fisik pada tubuh. Hasilnya adalah Ach (asetilkolin). Asetilkolin yang meningkat di dalam tubuh yang disekresi dari organ-organ dalam tubuh seperti hati, limpa, dan jantung akan menyebabkan produksi sitokin meningkat, seperti IL6 dan TNFα. Hal tersebut dapat mengaktifkan pula sel mast dan sel makrofag yang akan mengeluarkan histamin dan heparin. Ini akan menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah.
Seiring mengembangnya pembuluh darah akan terjadi pula perubahan permeabilitasnya, sehingga komponen tertentu di dalam darah seperti plasma darah dan sel dapat keluar dari pembuluh menuju daerah cedera tersebut. Hal ini merupakan proses yang baik bagi tubuh, karena leukosit akan mudah keluar dan menuju pusat cedera dan menyembuhkan serta meregenerasi sel yang rusak.

2.4 Inflamasi pada Olahraga
Kegiatan olahraga sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi. Cedera yang dialami berkaitan erat dengan inflamasi yang terjadi pada tubuh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa inflamasi tersebut ada sebagai respon akibat adanya organ tubuh yang mengalami kelainan fungsi karena faktor tertentu. Ini sebenarnya hal baik yang dilakukan tubuh, karena dapat dijadikan sebagai peringatan agar tidak terjadi hal buruk atau cedera yang semakin berat.
Banyak faktor yang menghasilkan mekanisme cedera atau trauma pada olahraga yang dapat menimbulkan inflamasi atau peradangan. Cedera pada jaringan lunak seperti cedera ligamen, kapsul sendi, atau otot dapat terjadi baik oleh trauma langsung maupun tidak langsung.  Cedera jaringan lunak tersebut dihasilkan dari trauma tumpul atau beban yang berlebihan, keadaan ini dikenal dengan nama makrotrauma misalnya robekan otot atau sprain ligamen. Disisi lain trauma tidak langsung dihasilkan dari beban submaksimal yang disertai dengan tanda dan gejala dan tidak muncul secara tiba tiba.
Cedera sendiri terdiri dari 3 fase yaitu:
a.       Akut
Pada akut adalah fase trauma langsung dari beban berlebihan secara tiba tiba atau makrotrauma (misal gerakan meledak pelari 100 meter dari balok start).
b.      Sub akut/overuse
Fase subakut terjadi pada saat peningkatan beban degenerasi (proses penurunan anatomi dan fisiologi jaringan) pada jaringan tubuh yang terjadi secara kumulatif (contoh tendinitis achiles pada pelari jarak jauh).  Tipe terakhir adalah fase akut/kronik, adalah gabungan antara beban yang kumulatif dan beban berlebih secara tiba-tiba (putusnya kronik tendinitis achiles pada pelompat jauh).
c.       Kronis
Pada kronis sendiri adalah kondisi tanpa adanya inflamasi. Dan kondisi kronis ini akan menjadi akut yang disertai inflamasi bila mendapatkan beban berlebihan secara tiba tiba.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a.       Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption).
Contoh cedera seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala, leher, tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b.      Kelompok sindroma penggunaan berlebihan (over use syndromes).
Lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
Inflamasi pada olahraga sebenarnya banyak terjadi. Hal ini tidak lepas dari faktor-faktor yang ada. Diperlukan perhatian ekstra agar tidak terjadi cedera yang menyebabkan peradangan atau inflamasi. Terlepas dari itu inflamasi merupakan hal yang bagus bagi tubuh, karena dapat dijadikan sebagai sebuah peringatan. Adanya peringatan tersebut agar tubuh dapat istirahat dan tidak terjadi cedera yang lebih parah, untuk mengembalikan kondisi seperti semula. Seluruhnya tubuh melakukannya sesuai dengan fungsi kerja dari masing-masing sistem organ tubuh. Ini akan menjadikan tubuh untuk merespon dan selalu beradaptasi dari hal-hal yang terjadi, sehingga tubuh tidak mengalami gangguan dalam waktu yang lama.

0 comments:

Post a Comment