Wednesday, 28 September 2016

Terapi dan Latihan pada Cedera Sprain Glenohumeral (lengan)


A.      Sprain
Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada ligamen (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi (DuniaFitnes.com). Kerusakan  yang  parah pada ligament atau kapsul sendi dapat  menyebabkan ketidakstabilan  pada sendi.  Sprain dapat disebabkan stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang pada sendi. 
Berdasarkan Van Mechelen dalam Arofah (2012) berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1.        Sprain Tingkat I
Padacedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
2.        SprainTingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
3.        SprainTingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
            Pertolongan pertama pada cedera sprain umumnya adalah dengan metoda RICE, yaitu: Rest (istirahat), Ice (kompres dingin/es), Compression (pembebatan), Elevation (peninggian). RICE ini dianjurkan untuk dilaksanakan selama 2x24 jam. Setelah itu dapat dilakuakan terapi berupa masase (pijatan) dan contast bath atau kompres air dingin dan hangat (Sudarsono) .
Tujuan utama penanggulangan segera cedera dengan metode RICE adalah mengurangi nyeri dan pembengkakan yang timbul di daerahcedera.
-          Segera setelah terjadi cedera, istirahatkan orang yang cedera khususnya jaringan yang mengalami cedera. Bebaskan dari beban  baik pakaian/kaus kaki  maupun berat badan yang harus ditunjang oleh struktur tersebut.
-          Kompres daerah yang cedera dengan es atau sesuatu yang dingin, dengan cara menempelkan es tersebut secara tidak langsung (dapat dengan memberi alas handuk basah). Pertahankan selama 15 – 20 menit, jangan melebihi 30 menit. Hentikan kompres es jika terjadi alergi dingin yang ditandai dengan kemerahan dan rasa gatal berlebihan di daerah yang berkontak dengan es tersebut.
-          Bebat atau beri tekanan pada daerah yang mengalami cedera. Pembebatan bertujuan membatasi pembengkakan yang akan timbul pasca cedera. Jika pembebatan menimbulkan rasa berdenyut-denyut, maka tekanan bebat harus dikurangi.
-          Tinggikan daerah yang cedera, lebih tinggi dari jantung.

B.       Sprain pada Glenohumeral
Glenohumeral sendi adalah sendi bola dan socket yang memungkinkan lengan untuk bergerak dalam sebuah rotasi melingkar serta gerakan lengan kearah dan menjauh dari tubuh. Gerakan sendi glenohumeral adalah fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
Glenohumeral sendi adalah sendi bola dan socket yang terbentukantaraduatulang, yaitu humerus dan tulang belikat. Kepala humerus, bertindak sebagai bola, cocok keujung skapula dikenal sebagai glenoid, soket. Dalam sendi tertentu,  kepala humerus, bagaimanapun, tidak pas dalam glenoid karena kepala humerus jauh lebih besar dari pada luas permukaan dari soket glenoid. Ini perbedaan ukuran menciptakan situasi di mana dua tulang tidak pas cocok bersama tanpa bantuan struktur fisik lainnya. Jadi bersama ini bergantung pada struktur lain untuk stabilitas. Stabilitas tersebut dijaga oleh labrum, labrum adalah bagian dari tulang rawan yang terletak secara langsung antara kepala humerus dan glenoid. Ini bagian dari tulang rawan menyediakan permukaan halus yang memungkinkan untuk kepala humerus untuk memutar dengan gesekan minim, sehingga bantalan baik humerus dan tulang belikat. Juga,  labrum berbentuk seperti cincin, dengan bagian luar labrum yang lebih tebal dari tengah  ring. Ini bentuk tertentu yang memungkinkan untuk labrum agar sesuai terhadap kepala humerus dan glenoid, fisik mencocokkan kepala humerus yang lebih besar dengan permukaan kecil glenoid.
Otot-otot utama yang digunakan dalam hubungannya dengan sendi glenohumeral adalah kelompok  yang dikenal sebagai otot manset rotator. Manset rotator terdiri dari empat otot, supraspinatus, subskapularis, infraspinatus, dan teres minor. Keempat otot skapula terhubung ke humerus. Salah satu tujuan utama dari otot manset rotator untuk menarik humerus ke skapula sehingga dua tulang dipasang erat terhadap satu sama lain. Jadi otot manset rotator yang penting untuk menstabilkan sendi glenohumeral. Manset rotator membantu mencegah ketidakstabilan lebih lanjut dan ulangi kerusakan setelah bahu terkilir. Peran penting lain dari manset rotator adalah untuk membantu dengan gerakan lengan, terutama rotasi lengan. Supraspinatus membantu dengan penculikan lengan, dan sangat rentan terhadap cedera selama fleksi dan abduksi lengan.
Labrum dan otot-otot manset rotator struktur lain ada yang membantu dengan stabilisasi dan pergerakan sendi. Ada empat ligamen yang membantu dengan sendi glenohumeral. Ligamen ini adalah ligamentum coracohumeral (antara proses coracoid dan humerus) dan tiga ligamen glenohumeral (antara glenoid dan humerus).

 


 


Rata-rata cedera ini terjadi akibat terjatuh dan posisi lengan menyangga berat badan tubuh.


C.      Treat and Train
1.         Treat
Treat  adalah perawatan atau perlakuan yang  dilakukan terhadap pasien, dalam lingkup ini adalah atlet yang sedang mengalami cedera sprain pada glenohumeral. Treat yang di berikan adalah berupa pemakaian arm sling yang berfungsi untuk meminimalisir gerakan pada daerah glenohumeral selama perawatan. Selain itu juga diberi masase pada daerah lokasi cedera. Yaitu pada lengan diberi masase dengan grip effleurage.
2.        Train
Train  adalah latihan yang diberikan pada atlet yang bertujuan untuk :
-          Menjaga ROM (Range of Motion)
-          Menjaga kebugaran jasmani dan stamina
-          Menjaga kemampuan atlet (skill)
Besarnya kisaran gerak sendi pada saat tidak cedera dapat menjadi target hasil latihan, dan secara rinci tersaji sebagai berikut: 1) Fleksi ke depan: 0 – 180 derajat, 2) Ekstensi: 0 – 70 derajat, 3) Adduksi: 0 – 45 derajat.




 Latihan untuk menjaga kebugaran jasmani harus tetap dilaksanakan. Hal ini bisa dilakukan dengan jogging ringan sambil menggunakan arm sling. Tersebut bisa juga diterapkan untuk latihan menjaga skill, contohnya adalah latihan passing, dribling, dan lain sebagainya.

0 comments:

Post a Comment