A.
⩒O2 maks
⩒O2 maks adalah volume
oksigen maksimal yang dapat diambil tubuh saat melakukan kegiatan. Menurut
Katch (2011:192) ⩒O2 maks adalah pencapaian pengambilan oksigen tertinggi meskipun intensitas latihan
meningkat. Oksigen diambil dari udara bebas melalui sistem pernapasan, kemudian
diikat oleh darah dan dipompa oleh jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. ⩒O2 maks merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan
hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang
melakukan aktivitas (Uliyandari, 2009:6). VO2
maks menggambarkan jumlah terbesar oksigen dari individu yang dapat digunakan
untuk memproduksi ATP secara aerobik dalam per menit (Katch, 2011:221). Oksigen
yang diedarkan akan digunakan sebagai bahan pembentukan energi. Hal ini
menunjukkan bahwa ⩒O2 maks dapat
dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat daya tahan seseorang. Penentuan
atau prediksi ⩒O2 maks dapat
dilakukan dengan banyak tes, salah satunya adalah tes lari multistage (multistage fitness test).
Tes lari multistage adalah tes lari dengan
cara mengikuti irama audio multistage yang terdiri dari beberapa level dan
balikan. Level awal tes mempunyai durasi audio antar balikan yang cukup lama.
Semakin tinggi level maka semakin kecil durasi irama audio dan semakin banyak
pula balikan yang harus diselesaikan. Penilaian dilakukan ketika pelari mampu
melewati level dan balikan. Pelari dianggap gagal dan berhenti dalam tes ketika
tidak mampu menyesuaikan irama audio selama dua kali berturut-turut.
1.
Faktor yang Mempengaruhi ⩒O2 maks
⩒O2 maks berperan penting dalam olahraga yang mempunyai durasi lama, seperti
sepakbola. Untuk dapat melakukan olahraga dalam durasi lama, maka kebutuhan
energi harus terpenuhi. Energi ini disediakan dan dipenuhi dalam bentuk ATP (adenosin triphospate). Energi yang
dihasilkan tersebut merupakan hasil pembakaran dengan oksigen, dengan begitu
energi yang dihasilkan akan bertahan lama. Beberapa faktor yang mempengaruhi ⩒O2 maks a) model latihan, b) hereditas, c)
jenis kelamin, d) komposisi tubuh, dan e) umur (Katch, 2011:226). Berikut ini
penjelasan dari masing-masing faktor.
a.
Model
Latihan
Model
latihan berpengaruh pada ⩒O2 maks
seseorang. Variasi tingkat ⩒O2 maks dalam
perbedaan model latihan merefleksikan kuantitas massa otot aktif (Katch,
2011:226). Latihan yang rutin diberikan akan membentuk massa otot. Tekanan atau
stressor yang diberikan pada otot tertentu akan direspon tubuh hanya pada otot
itu pula. Stressor yang diberikan berulang-ulang akan menjadi adaptasi bagi
tubuh. Adaptasi ini yang penting dijaga oleh tubuh agar tidak terjadi
penurunan.
Latihan
sangat penting untuk peningkatan ⩒O2 maks. Latihan yang diberikan untuk meningkatkan ⩒O2 maks akan
berdampak pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Sistem tersebut
akan mengalami adaptasi, sehingga kinerjanya dapat meningkat. Adaptasi yang terjadi adalah pada paru-paru yaitu pada volume tidal,
rata-rata inspirasi dan ekspirasi, dan ventilasi paru-paru untuk pertukaran
oksigen, juga akan terjadi penambahan ukuran jantung dan kenaikan volume plasma
pada cardiac output sehingga oksigen
sekali denyut bertambah. (Sakthivelavan, 2009:128).
b.
Hereditas
Semua faktor fisiologis yang
mempengaruhi ⩒O2 maks dapat dipengaruhi oleh faktor genetika
atau hereditas. Hereditas merupakan faktor yang berperan penting pada ⩒O2 maks. Katch (2011:228)
mengatakan untuk faktor keturunan saja menyumbang hingga 93% dari perbedaan
yang diamati dalam ⩒O2 maks. Banyak
faktor hereditas yang mempengaruhi ⩒O2 maks seseorang, salah satunya perbedaan proporsi jenis
serabut otot (Rakhman, 2012:12). Serabut otot pada manusia dibagi atas dua
tipe, yaitu tipe lambat dan tipe cepat. Serabut otot lambat (otot merah)
mempunyai massa mitokondria dan tingkat enzim lebih tinggi dari pada serabut
otot cepat (otot putih). Hal ini membuat tubuh mampu melakukan olahraga dengan durasi
yang lama. Serabut otot merah membakar energi dengan bantuan oksigen sehingga
dapat diproduksi tanpa ada batas waktu, namun energi yang dihasilkan tidak
terlalu besar dibanding serabut otot putih. Serabut otot putih dapat membakar
energi yang sangat besar, namun durasi untuk mengeluarkan energi tersebut tidak
lama.
c.
Jenis
Kelamin
Katch (2011:228) mengatakan ⩒O2 maks untuk
perempuan 15% sampai 30% di bawah nilai laki-laki, sedangkan pada atlet
kesenjangan berkisar antara 10% sampai 20%. Hal ini karena memang fisiologis
tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan tingkat ⩒O2 maks
tersebut berbeda kare komposisi tubuh dan konsentrasi hemoglobin yang berbeda
dari laki-laki dan perempuan (Katch, 2011:228). Komposisi tubuh perempuan lebih
banyak lemak dari pada otot dibanding dengan laki-laki. Hal tersebut menyebabkan perempuan
mempunyai ⩒O2 maks yang
lebih kecil, karena energi diproduksi di dalam mitokondria sel. Konsentrasi
hemoglobin laki-laki juga lebih tinggi dari pada perempuan. Konsentrasi
hemoglobin berkaitan erat dengan pengikatan oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pembakaran energi, sehingga laki-laki dapat secara optimal memproduksi
energi.
d.
Komposisi
Tubuh
Katch (2011:228) menyatakan perbedaan
massa tubuh menjelaskan sekitar 70% dari perbedaan ⩒O2
maks antar seseorang. Komposisi
tubuh atau ukuran tubuh setiap orang berbeda-beda, begitu pula dengan massanya.
Seseorang yang mempunyai lemak bebas berlebih mempunyai ⩒O2 maks yang
rendah. Seseorang mampu memproduksi energi lebih baik jika tempat untuk
memproduksi (mitokondria di dalam sel) lebih besar dan banyak. Bukan pada massa
lemak yang tinggi. Seseorang yang memiliki massa lemak
berlebih mempunyai ⩒O2 maks yang rendah (Katch, 2011:228).
e.
Umur
Faktor umur dapat mempengaruhi tingkat ⩒O2 maks. Hal
ini mengarah pada penuaan yang terjadi ketika umur masuk pada usia tua. Fungsi
fisiologis tubuh mengalami penurunan fungsi yang cukup drastis, sehingga tubuh
tidak dapat berfungsi optimal seperti sebelum terjadi penurunan. Penurunan fungsi
tersebut menyebabkan kinerja organ dan sistem organ tubuh banyak yang tidak
maksimal.
2.
Pentingnya
⩒O2
maks pada Sepakbola
⩒O2 maks penting
untuk diketahui pemain sepakbola. Sebab ⩒O2
maks merupakan indikator tingkat
daya tahan seorang pemain selama bertanding. Terdapat
korelasi yang signifikan antara ⩒O2 maks
dengan jarak yang ditempuh oleh pemain sepakbola selama bertanding (Kavcic,
2012:19). Sepakbola mempunyai standar ⩒O2
maks yang harus dicapai oleh setiap pemain. Setiap posisi dalam sepakbola
juga memiliki standar ⩒O2 maks yang berbeda pula. Berikut tabel capaian ⩒O2 maks dunia internasional dalam tiap posisi:
Tabel
2.3 Rata-rata ⩒O2 maks Dunia
Internasional (Scheunemann, 2012:153)
Tabel 2.3 menunjukkan bahwa pemain
gelandang dan bek sayap harus mempunyai ⩒O2
maks yang tinggi dibanding
dengan posisi yang lain. Hal ini disebabkan seorang gelandang merupakan pemain
yang mengatur jalannya permainan, dan harus memiliki mobilitas yang tinggi,
sedangkan bek sayap memerlukan ⩒O2 maks yang
tinggi karena selama pertandingan dibutuhkan untuk maju dan mundur dengan cepat
secara beruntun demi kelancaran penyerangan dan pertahanan. Pemain sepakbola
tidak boleh mangabaikan kebutuhan ⩒O2 maks tersebut. Sebab persaingan di dalam dunia
sepakbola juga semakin ketat.