Head injury (Trauma
kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak.
Batasan trauma
kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk
gangguan kesadaran.
Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu :
- Segera setelah injury.
- Dalam waktu 2 jam setelah injury
- rata-rata 3 minggu setelah injury.
Pada umumnya
kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma langsung
pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam
beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh
kondisi klien yang memburuk secara progresif akibat
perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan
intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada
phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan
oleh berbagai kegagalan sistem tubuh.
Faktor-faktor yang diperkirakan
memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial hematoma, peningkatan
usia klien, Up normal respon motorik, menghilangnya gerakan bola mata dan refleks
pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal, hipoksemia dan
hiperkapnea, peningkatan ICP.
Gejala
dan Tanda
Gejala trauma kepala digunakan untuk menentukan
berat tidaknya trauma tersebut. Trauma kepala dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan berat.
Trauma kepala ringan
adalah:
- Tidak kehilangan kesadaran/tidak pingsan.
- Sadar atau dapat berinteraksi dengan Anda.
- Mungkin
muntah, namun hanya sekali.
- Bisa
terdapat luka lecet atau robek di kepalanya.
- Selain
itu normal.
Trauma kepala sedang
adalah:
- Tidak sadar selama kurang dari 30 detik.
- Sadar dan berespon terhadap suara.
- Muntah
2 kali atau lebih.
- Sakit
kepala.
- Kejang
singkat satu kali dapat terjadi langsung setelah trauma .
- Bisa
mengalami luka lecet, benjol, atau luka robek yang besar di kepala.
Trauma kepala berat
adalah :
- Tidak sadar lebih dari 30 detik.
- Mengantuk
dan tidak berespon terhadap suara.
- Memiliki
tanda-tanda trauma kepala lain yang signifikan, seperti lebar pupil yang
tidak sama, kelemahan lengan dan kaki.
- Ada
sesuatu yang tersangkut di kepalanya.
- Mengalami
kejang kedua selain kejang singkat pertama ketika trauma terjadi.
- Anda
sebaiknya menghubungi ambulans segera jika anak Anda mengalami trauma
kepala berat.
Jenis Trauma Kepala
1.
Robekan kulit kepala
Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak
ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh
darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma
kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah
infeksi.
2.
Fraktur tulang tengkorak
Fraktur tulang tengkoran sering terjadi
pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak
:
- Garis patahan atau tekanan.
- Sederhana, remuk atau compound.
- Terbuka atau tertutup.
Fraktur yang
terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis
dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan,
moentum, trauma langsung atau tidak.
Pada fraktur
linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan
dengan CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF
dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata).
Ada dua metoda
yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu
melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi
bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah
juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan
yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan
dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring
Sign).
Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur
tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya
kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau
orbital dimana cairan CSF disekitar
periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan
ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan
konjunctiva atau edema periorbital.
Gangguan dari Trauma kepala
1. Commotio serebral
Concussion/commotio
serebral adalah keadaan dimana
berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran,
sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak
dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan
phatofisiologi secara nyata tidak
diketahui. Diyakini bahwa kehilangan
kesadaran sebagai akibat saat
adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular
activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi
sementara. Gangguan kesadaran terjadi
hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion
yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan
hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera
akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing,
dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.
2. Contusio serebral
Contusio didefinisikan
sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua whitw
matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan
berkumpulnya asam laktat dan menurunnya
konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.
Kontusio sering
terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat
terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.
Manifestasi
contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan
kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan
berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang
mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese.
Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.
1. Diffuse axonal injury
Adalah injury
pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya
berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya
axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera.
Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan
keadaan persistent vegetative.
2. Injury Batang Otak
Walaupun
perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan
mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak
akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon
okulomotorik, dan abnormal pola nafas.
Komplikasi
1. Epidural Hematoma
Sebagai
akibat perdarahan pada lapisan otak yang terdapat pada permukaan bagian
dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang
bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang
memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous
epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung
perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang
terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural. Bila terjadi perdarahan
arteri maka hematoma akan cepat terjadi.
Gejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien
diatas usia 65 tahun dengan peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal
dibanding usia lebih mudah.
2. Subdural Hematoma
Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan
arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma
biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena
yang mengalir pada permukaan otak masuk
kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh
karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma
terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri
maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut,
subakut, atau kronik.
Setelah terjadi
perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma menunjukkan tanda2
dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu bila terjadi konpressi jaringan otak maka
akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri
kepala. Pupil dilatasi. Subakut biasanya terjadi dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury.
Kronik subdural
hematoma terjadi beberapa minggu atau
bulan setelah injury. Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan
memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.
3. Intracerebral Hematoma
Terjadinya
pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury. Biasanya
terjadi pada lobus frontal dan temporal
yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi
injury. Akibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan
terjadi subarachnoid hemorrhage.
4. Collaborative Care
Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema
serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.
Okdigen yang
adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. CO2 sangat
beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema
serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit
diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang
berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.
CT Scan
diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal injury.
Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan
adanya perdarahan.
Sehubungan
dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 – 2 jam di bagian emergensi.
Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di
rumah sakit untuk dilakukan observasi.
Klien
yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan
dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan
edema otak dan mempertahankan perfusi otak.
Pemberian
kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan untuk
menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan
untuk menurunkan edema serebral.
Kejadian trauma kepala pada cabor
Trauma kepala sering terjadi pada saat melakukan olahraga. Jika tidak
diperhatikan dengan serius maka akan berdampak buruk. Berikut kejadian-kejadian
trauma kepala pada cabang olahraga:
- Sepak bola
·
Terkena sikut : yaitu saat dua pemain ingin
mengambil bola atas, namun salah seorang pemain dengan curang mengarahkan
sikutnya ke atas kepala pemain lain.
·
Terkena sepakan : yaitu saat terjadi bola
seimbang (50 : 50) antara dua pemain,
pemain satu ingin mengambil bola dengan kepala dan pemain satunya
mengambil bola dengan kaki, dengan tidak sengaja kaki mengenai kepala pemain
lawan.
·
Benturan kepala : yaitu terjadi saat dua
pemain ingin mengambil bola dengan kepala, namun bola yang akan diambil berubah
arah, dan terjadilah benturan kepala antara kedua pemain tersebut.
- Bola basket
· Benturan
dengan lantai : yaitu terjadi saat pemain melompat untuk mencetak angka, dengan
gangguan ataupun hilangnya keseimbangan dari pemain, pemain tersebut jatuh dengan
kepala yang pertama menyentuh lantai atau benturan.
· Terkena
sikut.
· Benturan
kepala dengan pemain lain.
- Bola voli
· Benturan
dengan lantai : yaitu saat pemain hilang keseimbangan saat setelah melakukan
smash ataupun blok hingga kepala yang jatuh dahulu terkena lantai, dan saat
melakukan pengembalian smash dari lawan yang jauh dari jangkauan dengan
melompat.
Pada dasarnya kejadian trauma kepala saat olahraga adalah tidak
dilakukannya teknik dengan benar ataupun tidak dilakukan dengan hati-hati.