Otot adalah alat gerak aktif
dalam tubuh manusia. Gerak yang terjadi pada tubuh dikarenakan otot yang
berkontraksi. Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Berikut
penjelasan tentang sistem otot lebih lanjut.
a.
Anatomi
Sistem Otot
Semua sel-sel otot mempunyai fungsi
untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia.
Sebagian besar otot-otot tersebut melekat pada tulang-tulang kerangka tubuh
oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm
dari sel germinal embrio dalam proses yang dikenal sebagai myogenesis. Secara garis besar otot dapat dibedakan menjadi 3
golongan (Supriyadi, 2010), yaitu:
1)
Otot Polos
Disebut otot
polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot
polos berkontraksi secara perlahan dan dapat mempertahankan kontraksinya untuk
waktu yang lama dengan menggunakan energi yang sedikit. Otot ini bekerja tanpa
kemauan sadar manusia, sehingga dinamakan juga otot tidak sadar. Contoh dari
otot polos adalah otot pada dinding usus, pembuluh darah, kandung kemih, dan
rahim.
2)
Otot Lurik
Disebut
sebagai otot lurik karena di dalam protoplasmanya terdapat garis-garis melintang.
Otot lurik ini cepat berkontraksi, namun cepat pula menjadi lemas. Otot lurik
bekerja atas kemauan manusia, sehingga dinamakan juga otot sadar. Otot lurik
umumnya melekat pada kerangka, sehingga disebut juga otot rangka. Di dalam otot
lurik ini terdapat bagian lain yang disebut tendon,yang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a)
Origo
Origo
merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya
ketika otot berkontraksi.
b)
Inersio
Insersio
merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot
berkontraksi.
3)
Otot Jantung
Otot jantung
penampakannya seperti otot lurik, namun cara kerjanya tidak atas kemauan
manusia atau tidak sadar. Otot jantung ini hanya terdapat pada jantung yang
mempunyai fungsi tersendiri.
b.
Fisiologi
Sistem Otot
Otot akan berkontraksi ketika
ada rangsangan, terutama otot lurik atau otot rangka yang bekerja atas
kesadaran. Guyton (2014: 75) menjelaskan mekanisme umum kontraksi otot sebagai
berikut:
1) Suatu
potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung pada
serabut otot. 2) Di setiap ujung, saraf menyekresi zat neurotransmitter, yaitu asetilkolin,
dalam jumlah sedikit. 3) Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran
serabut otot untuk membuka banyak kanal kation “berpintu asetilkolin” melalui
molekul protein yang terapung pada membran. 4) Terbukanya kanal berpintu
asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian
dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan depolarisasi setempat yang
kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium berpintu listrik (voltagegated sodium channels). Peristiwa
ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran. 5) Potensial aksi akan
berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat saraf. 6) Potensial aksi
akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran listrik potensial
aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah
tersimpan di dalam retikulum ini. 7) Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik
antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut
bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi. 8) Setelah kurang
dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh
pompa membran kalsium, dan ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai
potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari
miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
Kontraksi otot
dapat terjadi karena adanya energi dalam otot. Energi tersebut berbentuk ATP.
Kegunaan energi sebagian besar dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme
kontraksi, selain itu digunakan pula untuk memompa ion kalsium ke dalam
retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir dan memompa ion-ion natrium
dan kalium melalui membran serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionik
yang cocok untuk pembentukan potensial aksi, sehingga memungkinkan terjadinya
kontraksi secara berkelanjutan. Mekanisme kontraksi otot mempunyai waktu kerja
yang berbeda. Perbedaan tersebut membedakan otot menjadi dua tipe, yaitu tipe I
atau biasa disebut otot merah, dan tipe II atau biasa disebut otot putih.
Berikut penjelasan dari kedua tipe otot tersebut.
1)
Otot Merah (Otot Tipe I)
Otot merah
mempunyai serabut yang lebih kecil. Serabut tersebut dipersarafi oleh
serat-serat saraf yang lebih kecil juga. Selain itu, otot merah mempunyai
sistem pembuluh darah dan kapiler yang lebih luas, sehingga mampu menyediakan
sejumlah oksigen yang berlebih pula. Terdapat banyak mitokondria di dalam otot
merah, hal ini membantu melakukan mekanisme oksidatif yang tinggi.
Serabut-serabut dalam otot merah mengandung sejumlah besar mioglobin, yang
merupakan protein yang mengandung besi serupa dengan hemoglobin pada sel darah
merah. Mioglobin tersebut mampu bergabung dengan oksigen dan menyimpan oksigen
tersebut sampai diperlukan. Adanya mioglobin inilah yang menyebabkan otot
berwarna kemerah-merahan. Hal ini juga mampu mempercepat pengiriman oksigen ke
mitokondria. Dengan demikian, kontraksi pada otot merah tergolong lambat, namun
dapat mempertahankan kontraksi dalam waktu yang lama.
2) Otot
Putih (Otot Tipe II)
Otot
putih mempunyai serabut yang besar, hal ini berguna untuk kekuatan kontraksi
yang besar. Retikulum sarkoplasma pada otot putih lebih luas, sehingga dapat
dengan cepat melepaskan ion-ion kalsium untuk memulai kontraksi. Selain itu, di
dalam otot putih juga terdapat sejumlah besar enzim glikolisis untuk pelepasan
energi yang cepat melalui proses glikolisis. Suplai darah pada otot putih tidak
terlalu luas, karena metabolisme oksidatif tidak begitu penting. Otot putih
juga memiliki mitokondria dan mioglobin yang relatif sedikit. Dengan demikian,
kontraksi pada otot putih tergolong sangat cepat dan mempunyai daya yang besar,
namun tidak dapat mempertahankan kontraksinya dalam waktu yang lama.
0 comments:
Post a Comment