Tuesday 24 April 2018

Sistem Rangka Manusia


Sistem rangka merupakan salah satu dari sistem lokomotorik tubuh manusia. Rangka atau tulang-tulang menjadi tempat perlekatan otot-otot. Oleh karena itu, tulang dan otot tidak  dipisahkan ketika membahas tentang gerak. Rangka manusia tersusun atas 206 tulang-tulang yang tersebar di seluruh tubuh, 64 buah di anggota badan atas, 62 buah di anggota badan bawah, 28 buah di tengkorak, 26 buah vertebralis, 24 tulang iga, satu sternum, dan satu hyoideum (Supriyadi, 2010). Tulang-tulang yang menyusun rangka manusia tersebut diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu, tulang rangka kepala, rangka batang badan, dan rangka anggota (anggota atas dan anggota bawah).
  
a.        Jenis Tulang
Berdasarkan morfologi atau bentuknya, tulang dibedakan sebagai berikut:
1)      Tulang Panjang
Tulang panjang merupakan tulang-tulang utama dari anggota badan. Mempunyai korpus yang panjang dan ujung tulang yang melebar. Contoh tulang panjang adalah humerus, femur, dan lain sebagainya.
2)      Tulang Pendek
Tulang pendek mempunyai bentuk dengan ukuran panjang, lebar, dan tebalnya hampir sama. Contoh dari tulang pendek adalah carpalia, dan tarsalia.
3)      Tulang Pipih
Tulang pipih mempunyai ukuran panjang dan lebarnya jauh melibihi ukuran tebalnya. Contoh tulang pipih adalah os frontal dan perietal.
4)      Tulang Berongga
Tulang berongga adalah tulang yang terdapat rongga di dalamnya. Contoh tulang berongga adalah tulang belakang.

b.        Pembentukan Tulang
Tulang berasal dari mesoderm, di mana tulang mula-mula akan mengalami kondensasi untuk berubah menjadi blastema atau membran rudiment, dan dari sinilah tulang rawan akan terdiferensiasi (Supriyadi, 2010). Proses penulangan ada dua macam, yaitu:

1)      Ossifikasi intramembranosa atau endesmalis
Ossifikasi intramembranosa merupakan proses penulangan dari membran yang langsung mengalami perubahan menjadi tulang tanpa menjadi tulang rawan terlebih dahulu.

2)      Ossifikasi intracartilaginosa atau enchondral
Ossifikasi intracartilaginosa merupakan proses penulangan dari membran yang sebelum menjadi tulang mengalami menjadi tulang rawan terlebih dahulu.
            Panjang penulangan dimulai pada kira-kira 8 minggu pada usia kandungan, yaitu pada bagian batang. Ossifikasi (penulangan) yang terjadi adalah enchondral pada bagian tengah, dan endesmalis pada bagian tepi. Ossifikasi pada saat ini disebut ossifikasi primer (Supriyadi, 2010). Pada waktu lahir, bagian tengah tulang panjang disebut diaphysis, sedangkan kedua ujung masih berupa tulang rawan yang disebut cartilago epiphysialis. Pada kedua ujung inilah kemudian terjadi ossifikasi tipe enchondral. Ossifikasi inilah yang disebut ossifikasi sekunder, dan tulang yang telah jadi tersebut disebut epiphysis.
            Ossifikasi pada kedua ujung tulang terus berjalan hingga akhirnya tinggal dua lembar tulang rawan, yaitu cartilago articularis dan lamina epiphysialis. Pertumbuhan panjang pada tulang panjang tergantung dari penutupan lamina epiphysialis, ketika lamina epiphysialis telah menutup maka pertumbuhan panjang dari tulang akan berhenti. Pada tulang pendek, ossifikasi terjadi secara enchondral, sedangkan tulang pipih terjadi secara endesmalis. Pada perempuan, ossifikasi terjadi lebih awal dari umumnya laki-laki, namun proses berakhirnya juga lebih cepat antar 2-3 tahun lebih awal (Supriyadi, 2010).

c.         Fungsi Tulang
Tulang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya adalah:
1)      Memberi bentuk dan penguat bagi tubuh.
2)      Sebagai pelindung alat-alat tubuh yang vital.
3)      Alat pengungkit.
4)      Tempat melekatnya otot.
5)      Tempat pembentukan sel-sel darah merah.
6)      Sebagai gudang penyimpanan kalsium.

d.        Persendian
Tulang-tulang yang merupakan bagian dari kerangka badan satu sama lain dihubungkan dengan perantaraan suatu persendian. Sendi secara umum dibagi atas:
1)      Sendi fibrus (sinartrosis)
Sendi fibrus adalah sendi yang tidak dapat bergerak, misalnya sutura yang terdapat pada kepala.
2)      Sendi tulang rawan (amfiatrosis)
Sendi tulang rawan adalah sendi yang dapat bergerak sedikit, misalnya sendi pada tulang pubis, sendi antara manubrium sterni dan korpus sterni dengan kosta.
3)      Sendi sinovial (diartrosis)
Sendi sinovial adalah persendian yang bebas bergerak, tedapat banyak ragamnya dan semua mempunyai ciri yang sama. Sendi sinovial dapat terdiri dari:
a)      Sendi putar, bongkol sendi tepat masuk dalam mangkok sendi yang dapat memberikan seluruh arah, misalnya sendi panggul dan sendi peluru pada bahu.
b)      Sendi engsel, satu permukaan bunda diterima oeh yang lain sedemikian rupa sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah, misalnya sendi siku dan sendi lutut.
c)      Sendi kondiloid, seperti sendi engsel tetapi dapt bergerak dalam 2 bidang dan empat arah, lateral, ke depan dan ke belakang. Fleksi, ekstensi, aduksi dan abduksi, misalnya pergelangan tangan.
d)     Sendi berporos (sendi putar), pergerakan sendi memutar seperti pergerakan kepala sendi.
e)      Sendi pelana (sendi timbal balik), misalnya sendi rahang dan tulang metidakarpalia pertama (pergelangan tangan).

Sistem Otot Manusia



Otot adalah alat gerak aktif dalam tubuh manusia. Gerak yang terjadi pada tubuh dikarenakan otot yang berkontraksi. Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Berikut penjelasan tentang sistem otot lebih lanjut.

a.        Anatomi Sistem Otot
Semua sel-sel otot mempunyai fungsi untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut melekat pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. Jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm dari sel germinal embrio dalam proses yang dikenal sebagai myogenesis. Secara garis besar otot dapat dibedakan menjadi 3 golongan (Supriyadi, 2010), yaitu:
1)      Otot Polos
Disebut otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot polos berkontraksi secara perlahan dan dapat mempertahankan kontraksinya untuk waktu yang lama dengan menggunakan energi yang sedikit. Otot ini bekerja tanpa kemauan sadar manusia, sehingga dinamakan juga otot tidak sadar. Contoh dari otot polos adalah otot pada dinding usus, pembuluh darah, kandung kemih, dan rahim.
2)      Otot Lurik
Disebut sebagai otot lurik karena di dalam protoplasmanya terdapat garis-garis melintang. Otot lurik ini cepat berkontraksi, namun cepat pula menjadi lemas. Otot lurik bekerja atas kemauan manusia, sehingga dinamakan juga otot sadar. Otot lurik umumnya melekat pada kerangka, sehingga disebut juga otot rangka. Di dalam otot lurik ini terdapat bagian lain yang disebut tendon,yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a)      Origo
Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b)      Inersio
Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
3)        Otot Jantung
Otot jantung penampakannya seperti otot lurik, namun cara kerjanya tidak atas kemauan manusia atau tidak sadar. Otot jantung ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri.

b.        Fisiologi Sistem Otot
Otot akan berkontraksi ketika ada rangsangan, terutama otot lurik atau otot rangka yang bekerja atas kesadaran. Guyton (2014: 75) menjelaskan mekanisme umum kontraksi otot sebagai berikut:
1)   Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung pada serabut otot. 2) Di setiap ujung, saraf menyekresi zat neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit. 3) Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal kation “berpintu asetilkolin” melalui molekul protein yang terapung pada membran. 4) Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan depolarisasi setempat yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium berpintu listrik (voltagegated sodium channels). Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran. 5) Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat saraf. 6) Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini. 7) Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi. 8) Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa membran kalsium, dan ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
Kontraksi otot dapat terjadi karena adanya energi dalam otot. Energi tersebut berbentuk ATP. Kegunaan energi sebagian besar dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme kontraksi, selain itu digunakan pula untuk memompa ion kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir dan memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membran serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial aksi, sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi secara berkelanjutan. Mekanisme kontraksi otot mempunyai waktu kerja yang berbeda. Perbedaan tersebut membedakan otot menjadi dua tipe, yaitu tipe I atau biasa disebut otot merah, dan tipe II atau biasa disebut otot putih. Berikut penjelasan dari kedua tipe otot tersebut.
1)      Otot Merah (Otot Tipe I)
Otot merah mempunyai serabut yang lebih kecil. Serabut tersebut dipersarafi oleh serat-serat saraf yang lebih kecil juga. Selain itu, otot merah mempunyai sistem pembuluh darah dan kapiler yang lebih luas, sehingga mampu menyediakan sejumlah oksigen yang berlebih pula. Terdapat banyak mitokondria di dalam otot merah, hal ini membantu melakukan mekanisme oksidatif yang tinggi. Serabut-serabut dalam otot merah mengandung sejumlah besar mioglobin, yang merupakan protein yang mengandung besi serupa dengan hemoglobin pada sel darah merah. Mioglobin tersebut mampu bergabung dengan oksigen dan menyimpan oksigen tersebut sampai diperlukan. Adanya mioglobin inilah yang menyebabkan otot berwarna kemerah-merahan. Hal ini juga mampu mempercepat pengiriman oksigen ke mitokondria. Dengan demikian, kontraksi pada otot merah tergolong lambat, namun dapat mempertahankan kontraksi dalam waktu yang lama.
2)      Otot Putih (Otot Tipe II)
Otot putih mempunyai serabut yang besar, hal ini berguna untuk kekuatan kontraksi yang besar. Retikulum sarkoplasma pada otot putih lebih luas, sehingga dapat dengan cepat melepaskan ion-ion kalsium untuk memulai kontraksi. Selain itu, di dalam otot putih juga terdapat sejumlah besar enzim glikolisis untuk pelepasan energi yang cepat melalui proses glikolisis. Suplai darah pada otot putih tidak terlalu luas, karena metabolisme oksidatif tidak begitu penting. Otot putih juga memiliki mitokondria dan mioglobin yang relatif sedikit. Dengan demikian, kontraksi pada otot putih tergolong sangat cepat dan mempunyai daya yang besar, namun tidak dapat mempertahankan kontraksinya dalam waktu yang lama.

Sistem Saraf Manusia



Sistem saraf merupakan suatu sistem yang memberikan kemampuan pada manusia untuk menerima dan merespon rangsangan. Kemampuan tersebut memungkinkan manusia untuk tanggap dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam tubuh itu sendiri. Secara umum kemampuan tersebut dapat berjalan karena tiga komponen di dalam tubuh manusia, yaitu:
-          Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
-          Konduktor (pengantar impuls), konduktor dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
-          Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon).
Sistem saraf pada manusia terdiri atas dua macam, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (perifer). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf kranial dan saraf-saraf spinal. Berikut skema dari susunan sistem saraf manusia.

Gambar 2. Skema Susunan Sistem Saraf Manusia

            Skema di atas menunjukkan bahwa sistem saraf mempunyai bagian dan fungsi yang berbeda-beda. Sebelum melangkah menuju bagian-bagian dan fungsi susunan sistem saraf, penting untuk mengetahui lebih dahulu struktur penyusun utama sistem saraf. Struktur utama sistem saraf adalah sel-sel saraf. Sel-sel saraf tersebut bekerja bersambung satu sama lain, sehingga membentuk kesatuan sistem saraf, berikut penjelasan lebih lanjut.

a.        Sel Saraf (Neuron)
            Sistem saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson).
1)      Badan sel
      Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Inti sel berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron).
2)      Dendrit
      Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3)      Neurit (akson)
      Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut selubung mielin. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh selubung mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
            Antara neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung, tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung akson suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung akson suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya. Oleh karena itu, dari fungsi tersebut dapat diketahui macam-macam neuron, yaitu:
1)      Neuron sensorik
Neuron sensorik adalah sel yang membawa rangsangan (impuls) dari reseptor (indra) ke saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang).
2)      Neuron motorik
Neuron motorik adalah sel yang membawa rangsangan (impuls) dari saraf pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).
3)      Neuron konektor
Neuron konektor adalah sel yang menghubungkan rangsangan (impuls) dari saraf sensorik ke saraf motorik.

b.        Susunan Sistem Saraf
1)      Sistem saraf pusat
a)      Otak
Otak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan. Peradangan yang terjadi pada selaput ini dinamakan meningitis dan disebabkan karena infeksi virus. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan sumsum lanjutan.
(1)   Otak besar (cerebrum)
Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf, dan lapisan dalam berwarna putih berisi serabut-serabut saraf. Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak
(2)   Otak Kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan Varol. Terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot-otot ketika bergerak.
(3)   Sumsum lanjutan
Sumsum lanjutan (medula oblongata) terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi akson. Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak disadari.
b)      Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih karena banyak mengandung akson dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf. Fungsi sumsum tulang belakang adalah untuk mengantarkan impuls dari dan ke otak, serta memberi kemungkinan jalan terpendek pada gerak refleks.
2)      Sistem saraf tepi
a)      Sistem saraf somatik
Sistem saraf somatik disebut juga dengan sistem saraf sadar. Prosesnya dipengaruhi oleh saraf sadar, berarti seseorang dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Sistem saraf somatis terdiri atas :
(1)   Saraf otak (saraf kranial)
Saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang, berikut tabel penjelasan beserta fungsinya.
Tabel 1. Saraf Kranial pada Manusia (Sumber, Pearce: 2009)
No. Saraf
Nama Saraf
Tipe
Fungsi
I
Olfaktori
Sensorik
Penciuman
II
Optik
Sensorik
Penglihatan
III
Okulomotor
Motorik
Pergerakan otot bola mata dan kelopak mata
IV
Troklear
Motorik
Pergerakan otot bola mata
V
Trigeminal
Campuran
Sensasi di wajah dan mulut, mengunyah
VI
Abdusena
Motorik
Pergerakan bola mata
VII
Fasial
Campuran
Rasa, pergerakan di wajah dan kelenjar pencernaan
VIII
Auditori
Sensorik
Pendengaran dan kesimbangan tubuh
IX
Glosofaring
Campuran
Rasa, dan menelan
X
Vagus
Campuran
Jantung, lambung, usus halus, laring
XI
Aksesori
Motorik
Menelan, dan pergerakan leher
XII
Hipoglossal
Motorik
Lidah, cita rasa, otot lidah

(2)   Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal)
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang. Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke seluruh tubuh. Saraf spinal tersebut terbagi atas 8 pasang saraf servikalis, 12 pasang saraf thorakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf ekor.
b)      Sistem saraf autonom (tidak sadar)
Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
(1)   Sistem saraf simpatik
• Mempercepat denyut jantung.
• Memperlebar pembuluh darah.
• Memperlebar bronkus.
• Mempertinggi tekanan darah
• Memperlambat gerak peristaltis.
• Memperlebar pupil.
• Menghambat sekresi empedu.
• Menurunkan sekresi ludah.
• Meningkatkan sekresi adrenalin.
(2)   Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dengan sistem saraf simpatik dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

c.         Macam-macam Gerak Berdasarkan Sistem Saraf
Gerakan merupakan salah satu cara tubuh dalam mengagapi rangsangan. Berdasarkan jalannya rangsangan (impuls) gerakan dibedakan menjadi dua yaitu:
1)      Gerak sadar
Gerak sadar adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Di otak rangsangan diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh gerak sadar misalnya menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan. Skema gerak sadar adalah sebagai berikut:
   

2)      Gerak Refleks (Tidak Sadar)
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak namun hanya sampai sumsum tulang belakang. Gerak refleks misalnya terjadi saat kita mengangkat kaki karena menginjak paku, gerakan tangan saat tidak sengaja menjatuhkan buku, gerakan saat menghindari tabrakan dan lain sebagainya. Skema gerak refleks adalah sebagai berikut: